WELCOME TO MY BLOG

Empat Belas

5.02.2015

Imam Lapeo, TOSALAMA'


Imam LapeoSabtu pagi di akhir bulan Maret lalu, perjalanan Ekspedisi Sulbar bertolak dari yang Majene di sisi barat daya. Menyusur kembali jalanan Trans Sulawesi, kondisi terasa lebih nyaman dikarenakan jalanan yang lebih lebar dan lebih datar jika dibandingkan jalur Pasangkayu-Mamuju maupun Mamuju-Majene. Secara topografi, Trans Sulawesi jalur Majene-Polman memang merupakan dataran rendah yang membujur sepanjang garis pantai selatan Sulbar. Selepas perbatasan, kamipun segera memasuki wilayah Tinambung yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Setelah melintas Tinambung, sampailah kami di sebuah tempat yang ditandai dengan keberadaan sebuah masjid besar dengan menara yang tinggi menjulang. Sedari jarak beberapa kilo meter, menara tersebut seolah memberikan sambutan selamat datang kepada siapapun yang akan memasuki daerah Lapeo. Masjid tersebut memang lebih dikenal dengan sebutan Masagi atau Masjid Lapeo. Lapeo merupakan salah satu nama tempat di wilayah Sulawesi Barat, tepatnya berada di wilayah Campalagian. Nama Lapeo menjadi lebih istimewa tatkala disandingkan dengan kata imam. Jadilah sebuah gabungan kata Imam Lapeo, seorang ulama kharismatik yang sangat terkenal di kalangan suku bangsa Mandar. Siapakah sosok Imam Lapeo?

Imam Lape1   Imam Lapeo2

Imam Lapeo dilahirkan pada tahun 1839. Di masa mudanya setelah memasuki jenjang rumah tangga, Imam Lapeo bernama resmi Muhammad Thahir. Ia pernah berguru kepada beberapa sosok ulama kharismatik di Mandar. Pada kesempatan selanjutnya, ia bahkan pernah menuntut ilmu kepada Syekhona Mbah Kyai Kolil di Bangkalan, Pulau Madura. Pada saat nyantri di Bangkalan ini, ia berteman sangat akrab dengan Hasyim Ashari dan Muhammad Darwis. Ketiga santri Mbah Kyai Kolil inilah yang kemudian melanjutkan menuntut ilmu ke Mekkah, sekaligus menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, Muhammad Thahir kembali ke Mandar dan menyebarluaskan ilmu agamanya di wilayah Pulau Sulawesi bagian Tengah yang pada saat ini termasuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dan Barat. Setelah sekian lama berdakwah dengan berpindah-pindah tempat, Muhammad Thahir selanjutnya menetap di desa Lapeo. Dari nama dusun inilah namanya kemudian lebih dikenal sebagai Imam Lapeo. Imam Lapeo merupakan seorang ulama yang sangat tinggi ilmunya. Meskipun demikian, ia dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana dan tawadhu. Kealiman dan kesholehan akhlak sosok Imam Lapeo telah menjadikan penduduk di wilayah Mandar tertarik untuk memeluk agama Islam secara suka rela. Dakwah Imam Lapeo dikenal menggunakan metode sederhana yang berlandaskan nilai-nilai budaya lokal. Metode tersebut sangat mirip dengan cara dakwah para wali di Tanah Jawa yang dikenal sebagai Dewan Wali Songo. Karena itu banyak orang menjuluki Imam Lapeo sebagai walinya Tanah Sulawesi.

Imam Lapeo7   Imam Lapeo6

Perihal Imam Lapeo ini, terus terang sayapun belum terlampau lama mengenal kisah sosok beliau. Dalam berbagai kesempatan pagelaran majelis maiyyah, Cak Nun memang sempat beberapa kali menyinggung sosok Imam Lapeo. Masa hidup Imam Lapeo memang bersamaan dengan Kyai Hasyim Ashyari, pendiri Nahdzatul ‘Ulama dan juga Kyai Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah. Ketiganya dikenal pernah sama-sama berguru kepada Syekhona Mbah Kyai Kolil di Bangkalan. Imam Lapeo dikenal sangat akrab dan dekat dengan ummatnya. Konon, masih menurut Cak Nun, pengakuan ummat Islam di wilayah Mandar kepada Imam Lapeo sudah sangat sedemikian dalamnya. Tidak ada doa yang dipanjatnya ummat Islam di Mandar tanpa terlebih dulu menghadiahi Imam Lapeo dengan bacaan ummul qitab. Bahkan para nelayan di wilayah barat Pulau Sulawesi sangat yakin mampu menakhlukkan badai dan angin topan yang menerjang lautan hanya cukup dengan menyebut nama Imam Lapeo. Mereka seolah menyandarkan pertolongan Allah melalui sosok Imam Lapeo. Masjid Nurut Taubah di daerah Lapeo merupakan masjid yang dibangun awal oleh Muhammad Thahir. Di masjid ini pulalah Imam Lapeo menyebarluaskan agam Islam hingga ke pedalaman Sulawesi melalui sebuah pesantren yang dirintisnya. Hingga saat ini keberadaan pesantren yang didirikan oleh Imam Lapeo masih berdiri dan pengelolaannya dilanjutkan oleh anak-cucu dan para santri Imam Lapeo.

Imam Lapeo4   Imam Lapeo5

Imam Lapeo meninggal pada tahun 1952. Jasadnya dikebumikan di sisi kanan Masjid Nurut Taubah. Kebesaran nama Imam Lapeo seolah tetap senantiasa hidup, meski jiwa raganya telah berpindah ke alam barzah. Kesholehan dan ketakdziman ilmu Imam Lapeo masih dirasakan oleh ummat Islam di wilayah Mandar dan Pulau Sulawesi pada umumnya. Hal ini terbukti dengan senantiasa hilir mudik kaum muslimin dari berbagai penjuru Nusantara berziarah ke makamnya. Namanya begitu besar dan tak lekang oleh jaman. Ia memang sosok yang layak menyandang sebutan Wali Songo dari Sulawesi. Al Fatihah untuk sosok Beliau Imam Lapeo! Al Fatihah………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya Islam dan saya Orang baik. Jadi, jika ingin meninggalakan pesan atau komentar saya mohon dengan menggunakan kata-kata yang sopan.